
Sejarah Heroik Damkar Indonesia: Dari Brandweer Hingga Pahlawan Modern
Kisah perjuangan lebih dari 150 tahun para pemadam kebakaran Indonesia yang selalu siap berkorban untuk keselamatan masyarakat
Ketika alarm berbunyi nyaring di tengah malam dan mobil pemadam kebakaran bergegas melintasi jalanan dengan sirine yang memekakkan telinga, mungkin tidak banyak dari kita yang menyadari bahwa di balik aksi heroik itu tersimpan sejarah panjang yang dimulai sejak era kolonial Belanda. Sejarah yang penuh dengan pengorbanan, dedikasi, dan semangat kepahlawanan yang tak pernah padam.
Akar Sejarah: Era Hindia Belanda (1873-1919)
Kelahiran de Brandweer
Perjalanan sejarah pemadam kebakaran Indonesia dimulai pada tahun 1873, ketika pemerintah Hindia Belanda mulai mengorganisir urusan pemadam kebakaran di kota Jakarta. Saat itu, organisasi pemadam kebakaran dikenal dengan nama “de Brandweer” yang berasal dari bahasa Belanda.
Menariknya, damkar Surabaya sebenarnya lebih tua dari Jakarta. De Brandweer te Surabaya sudah berdiri pada tahun 1795 ketika Belanda dikuasai Prancis, sementara de Brandweer te Batavia baru terbentuk pada 1815 setelah Belanda memperoleh kedaulatan kembali melalui Kongres Vienna.
Namun pada masa-masa awal ini, damkar belum dijalankan secara serius. Tahun 1850-an petugas resmi damkar mulai dibentuk tetapi belum dijalankan terlalu serius. Para petugas masih bekerja paruh waktu dan peralatan yang tersedia sangat terbatas.
Peristiwa yang Mengubah Segalanya: Kebakaran Besar Kramat-Kwitang (1913)
Titik balik dalam sejarah damkar Indonesia terjadi pada tahun 1913, ketika sebuah kebakaran besar melanda daerah Kramat-Kwitang yang tidak dapat teratasi oleh pemerintah kota pada saat itu. Kebakaran dahsyat ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah kolonial Belanda.
Kebakaran yang terjadi tidak dapat diatasi karena Brandweer belum memiliki alat pemadam kebakaran yang memadai. Peristiwa yang menimbulkan kerugian besar ini menjadi pelajaran penting bagi kompeni.
Tragedi ini mendorong pemerintah untuk mengevaluasi sistem pemadam kebakaran yang ada. Akibatnya, pada 25 Januari 1915, pemerintah mengeluarkan “Reglement op de Brandweer” (Peraturan tentang Pemadam Kebakaran) sebagai langkah awal reorganisasi.
Kelahiran Resmi: 1 Maret 1919
Barulah pada tahun 1919, walikota pertama Batavia yakni GJ. Bisschop meresmikan de Brandweer Batavia. Tanggal 1 Maret 1919 kemudian ditetapkan sebagai tahun berdirinya organisasi Pemadam Kebakaran.
Kantor pertama Brandweer Batavia didirikan di daerah Gambir, Jakarta, menandai dimulainya era baru dalam pelayanan pemadam kebakaran yang lebih terorganisir dan profesional.
Kondisi Peralatan Masa Lampau: Heroisme dengan Peralatan Seadanya
Bayangkanlah kondisi para pemadam kebakaran pada era awal. Pada zaman Hindia Belanda pasukan pemadam kebakaran tidak menggunakan mobil yang berisi air, melainkan dengan memanfaatkan saluran air yang berada di dekat lokasi kebakaran dan membawanya dengan ember secara manual.
Tantangan Peralatan Primitif
Para petugas kebakaran saat itu hanya dibekali dengan tangga, alat penyemprot air manual, dan baju serta helm yang mirip seperti jas hujan tidak tahan api. Baju pemadam api dulu justru melindungi badan dari air, bukan dari api.
Metode pemadaman dengan ember manual ini tentu sangat tidak efektif. Jika terjadi musim kemarau, saluran air akan kering. Selain itu, kebakaran akan sulit dipadamkan apabila jauh dari sumber air. Risiko bagi petugas pun sangat tinggi karena perlindungan yang minimal.
Namun, meski dengan peralatan seadanya, para petugas damkar tetap bekerja dengan penuh dedikasi. Semangat pengabdian mereka sudah terpatri sejak awal berdirinya organisasi ini.
Penghargaan Masyarakat: Prasasti Bersejarah dari Warga Betawi
Salah satu momen paling menyentuh dalam sejarah damkar Indonesia adalah pengakuan dan penghargaan dari masyarakat. Konon orang Betawi juga tidak bisa lepas dari sejarah berdirinya pemadam kebakaran ini. Buktinya ada Prasasti Tanda Peringatan Brandweer Batavia 1919-1929, diberikan oleh sekelompok orang Betawi sebagai tanda penghargaan dan terima kasih atas darma bakti para petugas pemadam.
Isi Prasasti yang Mengharukan
Tanda penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk “Prasasti” pada tanggal 1 Maret 1929. Dibuat ketika Brandweer Batavia merayakan ulang tahunnya yang ke-sepuluh pada 1929.
Prasasti ini berisi syair dalam bahasa Melayu lama yang sangat menyentuh:
*”Di dalam masa jang soeda soeda
Bahaja api djarang tertjega
Habis terbakar langgar dan roema
Tidak memilih tinggi dan renda
Sepoeloeh tahoen sampai sekarang
Semendjak brandweer datang menentang
Bahaja api moedah terlarang
Mendjadikan kita berhati girang”*
Tanda prasasti tersebut sampai sekarang masih tersimpan baik di kantor Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta.
Prasasti ini bukan hanya sekadar tanda terima kasih, tetapi juga bukti nyata bagaimana masyarakat mengapresiasi pengorbanan para pemadam kebakaran yang telah menyelamatkan banyak nyawa dan harta benda.
Era Penjajahan Jepang: Perubahan Nama dan Sistem
Ketika Indonesia jatuh ke pangkuan Jepang, de Brandweer Batavia ganti nama dan peraturan. Hal itu tertuang dalam ketentuan yang dikenal dengan “Osamu Seirei No. II” tentang “Syoobootai” atau yang dikenal sebagai pemadam Kebakaran.
Meski nama dan sistem berubah, semangat pengabdian para petugas damkar tetap sama. Mereka terus bekerja melayani masyarakat meski dalam kondisi perang yang penuh ketidakpastian.
Era Kemerdekaan: Kelahiran Barisan Pemadam Kebakaran
Transformasi Pascakemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, pasukan damkar kemudian dikukuhkan sebagai Barisan Pemadam Kebakaran (BPK). Sesuai namanya, tugas pokok dari BPK masih berfokus pada upaya pemadam kebakaran.
Masa ini adalah dimana masa organisasi pemadam kebakaran masih menggunakan nomenklatur “barisan pemadam kebakaran (BPK)”. Orientasi tugas pokok BPK sesuai dengan namanya masih terfokus pada upaya pemadam kebakaran.
Perkembangan Regulasi
Pada tahun 1957, pemerintah mengeluarkan peraturan daerah yang dimuat dalam Lembaran Kota Praja Jakarta No. 22/1957, tanggal 14 Agustus 1957 yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 21 Desember 1957.
Pada tahun 1969, melalui Surat Keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta No. ib.3/3/15/1969 nomenklatur Barisan Pemadam Kebakaran diubah menjadi Dinas Pemadam Kebakaran. Perubahan pada masa ini tidak saja merupakan perubahan nomenklatur, tetapi juga perubahan pada tugas pokok dan fungsi DPK, yakni dengan penambahan nomenklatur Bagian Pencegahan.
Era Modern: Dinas Kebakaran dan Penyelamatan
Perubahan Signifikan 1975
Pada 1975 Gubernur DKI mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang menetapkan nama pemadan kebaran resmi menjadi Dinas Kebakaran seperti yang dikenal hingga saat ini.
Perubahan nama ini bukan sekadar kosmetik. Ini menandai evolusi peran damkar dari sekadar pemadam kebakaran menjadi lembaga yang lebih luas dalam hal penyelamatan dan penanggulangan bencana.
Ekspansi Tugas dan Fungsi
Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran atau melakukan pemadaman, juga dilatih untuk menyelamatkan korban-korban bencana seperti kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, banjir, gempa bumi.
Di lain hal, mereka juga ditugaskan untuk melakukan tugas-tugas penyelamatan (Bidang sosial) yang tidak menyangkut adanya kebakaran seperti pengevakuasian sarang tawon, menyelamatkan korban bunuh diri, menyelamatkan orang atau hewan yang terjebak, menanggulangi pohon tumbang, dll.
Moto Legendaris: “Pantang Pulang Sebelum Padam”
Pemadam Kebakaran Indonesia memakai Moto yang berbunyi: Pantang Pulang Sebelum Padam. Moto ini bukan sekadar slogan, tetapi falsafah hidup yang tertanam dalam jiwa setiap anggota damkar Indonesia.
Moto dari pasukan pemadam kebakaran yaitu “Pantang Pulang sebelum Padam” inilah yang menjadi landasan dari setiap anggota pemadam untuk bekerja dengan penuh pengorbanan menghadapi kebakaran.
Moto ini mencerminkan dedikasi total para petugas damkar yang tidak akan menyerah sampai api benar-benar padam dan situasi aman terkendali.
Evolusi Teknologi: Dari Ember Manual ke Teknologi Canggih
Peralatan Modern
Perkembangan teknologi telah mengubah wajah damkar Indonesia secara drastis. Untuk masa sekarang alat pemadam kebakaran yang populer untuk memadamkan api dalam skala ringan dan menengah bisa menggunakan APAR (alat pemadam api ringan) dengan bentuk yang kecil dan beratnya tidak terlalu berat alat ini bisa dioperasikan oleh satu orang saja.
Untuk skala kebakaran yang lebih besar, petugas pemadam menggunakan jaringan instalasi hydrant. Jaringan ini mengeluarkan air bertekanan yang didapatkan dari pompa utama, sumber air bisa berasal dari reservoir atau tandon air.
Pakaian dan Perlengkapan Pelindung
Para pemadam kebakaran dilengkapi dengan pakaian anti-panas atau anti-api dan juga helm serta sepatu khusus dalam melaksanakan tugas, dan biasanya pakaianya dilengkapi dengan scotlight reflektor berwarna putih mengkilat agar dapat terlihat pada saat pelaksanaan tugas di malam hari.
Jauh berbeda dengan masa lalu ketika petugas hanya mengandalkan pakaian mirip jas hujan yang tidak tahan api.
Struktur Organisasi Modern
Di Indonesia, Pemadam Kebakaran merupakan dinas tersendiri dan bekerja dari tingkat provinsi. Pemadam kebakaran bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB.
Tingkatan Kantor
Kantor Pemadam Kebakaran memiliki dua tingkatan mulai dari tingkat tertinggi yang mewakili suatu kota/kabupaten yang bernama kantor Suku Dinas Pemadam Kebakaran yang membawahi beberapa pos pemadam kebakaran untuk mewakili di tingkat kecamatan/kelurahan.
Sistem ini memungkinkan respons yang lebih cepat dan efektif karena pos-pos damkar tersebar di berbagai wilayah strategis.
Dampak dan Warisan: Para Superhero Masyarakat
Sebagai superhero masyarakat, Damkar tidak hanya memadamkan api. Mereka telah menjadi simbol kepahlawanan sehari-hari yang selalu siap membantu masyarakat dalam berbagai situasi darurat.
Damkar seringkali dipandang sebagai sekelompok petugas yang serbabisa, multitalenta, dan bisa menjadi solusi akan masalah apapun yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Peran Sosial yang Luas
Selain tugas utama memadamkan kebakaran, damkar modern Indonesia juga terlibat dalam:
- Edukasi Masyarakat: Pemadam kebakaran juga terkadang ditugaskan untuk memberi sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang kebakaran dan cara menanggapinya
- Penyelamatan Darurat: Mulai dari evakuasi bencana alam hingga penyelamatan hewan
- Pelayanan Sosial: Membantu masyarakat dalam berbagai situasi yang membutuhkan keahlian khusus
Tantangan Masa Depan
Di masa depan, mungkin air bukan satu-satunya sarana untuk memadamkan api. Akan ada metode-metode baru yang digadang lebih efektif dibandingkan air dari segi penggunaan, persiapan, dan biaya.
Pemadam kebakaran di masa depan, minimal memahami rangkaian listrik dan ilmu elektro dasar, untuk kepentingan investigasi dan pencegahan rumah yang rawan korsleting.
Warisan yang Tak Ternilai
Dari ember manual di era Hindia Belanda hingga teknologi canggih masa kini, perjalanan damkar Indonesia adalah cerminan dari evolusi sebuah bangsa. Lebih dari 150 tahun pengabdian telah membuktikan bahwa semangat “Pantang Pulang Sebelum Padam” bukan sekadar moto, tetapi jiwa yang hidup dalam setiap petugas pemadam kebakaran Indonesia.
Setiap kali kita melihat mobil damkar melaju dengan sirine yang memekakkan telinga, kita tidak hanya melihat sebuah kendaraan menuju lokasi kebakaran. Kita menyaksikan kesinambungan tradisi kepahlawanan yang telah diwariskan turun-temurun oleh para pendahulu mereka sejak zaman de Brandweer.
Prasasti dari masyarakat Betawi tahun 1929 masih relevan hingga hari ini: mereka tetap “mendjadikan kita berhati girang” karena kehadiran mereka memberikan rasa aman dan perlindungan bagi seluruh masyarakat Indonesia.